Senin, 05 Desember 2011

Perindu Hujan

luka kemarau menggeliat di mataku
terpintal nafas pagi yang haus bersama mimpimu
mungkin telah kau antar cabikan airmata
ke jalan-jalan sunyi yang menghampar kusut
sebagai saksi bahwa hujan mematahkan mantramu

tapi aku adalah mendung yang terseok
sebab matahari menceruki jubah kelabuku
mengasingkan dengan tanah yang kian kumal
padahal di rahimku bunga-bunga mulai mekar
seperti gugusan asap dalam mimpimu yang terbakar

oh, bukankah kau selalu menjadi pertapa saat musim ini tiba?
yang menyihirku dengan mantra-mantra rindumu



Jakarta, November 2006
Ahmad Subki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar